Pada Majalah DiveMagIndonesia Edisi Juli 2012, saya berkesempatan menyumbang tulisan di rubrik DiveCulture, sedangkan foto-foto oleh rekan saya Ayos Purwoaji. Tulisan yang berjudul "Potong Jari Di Wamena" ini menceritakan suatu adat atau kebiasaan Suku Dani yang hidup di Lembah Baliem, Wamena, Papua. Adat ini disebut dengan "Ikipalin", adat yang menunjukkan rasa kesedihan atau duka seseorang yang ditinggalkan dengan cara memotong jari tangan nya.
Thursday, August 16, 2012
Wednesday, August 1, 2012
Tablanusu, Dimana Matahari Terbenam
Pantai Kerikil Nan Eksotik - foto by Aklam Panyun |
Jalanan yang menurun dan mendaki serta pemandangan hutan
lebat yang menyejukkan mata merupakan suguhan tersendiri dalam perjalanan untuk
mencapai kampung yang berada di sebelah barat Kabupataen Jayapura ini.
Di sepanjang jalan yang melewati areal pemukiman, tampak
para penduduk yang menjajakan beberapa jenis buah-buahan dari hasil kebun
mereka sendiri.
Pemandangan diatas tersebut akan dilewati selama sekitar 2
jam perjalanan dengan menggunakan mobil dari Bandar Udara Sentani, Jayapura
yang berjarak kurang lebih 40 kilometer.
Nama kampung itu adalah
Tablanusu, yang terletak di Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi
Papua.
Meski terbilang kampung kecil, masyarakat penghuni kampung yang
memiliki luas sekitar 230,5 hektar ini, secara adat terbagi ke dalam sepuluh
suku, yaitu Suku Apaserai, Danya, Selli, Semisu, Serantow, Sumile, Suwae,
Wambena, Yakurimlen dan Yufuwai.
Kata Tablanusu sendiri berasal
dari “Tepuaonusu”, yang berasal dari dua, yaitu kata “Tepera” diambil dari nama
sebuah suku yang ada disana dan “Onusu” yang artinya Turunnya Matahari
(Sunset).
Konon menurut sejarah, pada
awalnya masyarakat Tablanusu sudah berpindah tempat sebanyak 2 kali sebelum
akhirnya memutuskan untuk menetap ditempat yang mereka tinggali sekarang ini.
Pertama sekali, mereka
mendiami dua pulau yang terletak di teluk yang tidak jauh dari tempat mereka
sekarang.
Sebelum kampung Tablanusu ini berdiri, masyarakat cikal
bakal kampung ini mendapatkan sumber mata pencaharian dengan cara berladang. Namun,
seiring jumlah penduduk yang kian bertambah membuat mereka kemudian mencari
tempat yang lebih besar hingga akhirnya mereka menemukan tempat baru yang saat
ini dikenal sebagai Kampung Tablanusu. Di kampung inilah aktifitas mereka yang
semula berladang lalu berubah menjadi pencari ikan (nelayan).
Hamparan Pantai Tablanusu terlihat
bagaikan sebuah teluk kecil sehingga sejauh mata memandang akan tampak seluruh keindahan
dari kampung.
Sebagai salah satu tempat
tujuan wisata, para pengunjung yang datang ke kampung ini dapat melakukan
beberapa jenis kegiatan seperti wisata hutan, wisata pantai, wisata danau,
wisata sejarah dan budaya.
Lokasinya yang tepat berada di pesisir pantai dan juga
menawarkan sesuatu yang berbeda menjadikan kampung ini salah satu target wisata
warga di Jayapura bahkan hingga wisatawan dari manca negara.
Bahkan kampung nelayan ini
telah dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Jayapura sebagai salah satu desa
wisata.
Kondisi akses yang sudah relatif mudah, membuat pengunjung tak sungkan untuk
mendatangi kampung kecil ini, untuk sekadar melepas kepenatan dari rutinitas ataupun
berbagi keceriaan mengisi hari libur bersama keluarga. Menurut informasi, dalam
satu bulan diperkirakan sekitar 2.000 orang berkunjung ke tempat ini.
Salah satu objek wisata yang dapat dirasakan oleh pengunjung
yang datang adalah menikmati pemandangan pantai yang indah dengan laut nya yang
bening dan tenang. Angin yang bertiup pun tak begitu kencang karena terhalang
oleh beberapa pulau kecil. Selain
memancing ikan, kegiatan lainnya yang dapat menjadi pilihan bagi pengunjung adalah berenang atau melihat keindahan bawah
lautnya (snorkeling). Ketika
melihat ke bawah laut nya, pengunjung
akan terpukau melihat kekayaan didalamnya, seperti terumbu karang yang masih
terjaga kelestariannya dan beragam jenis ikan yang berenang secara bergerombol.
Pemandangan indah lainnya yang dapat disaksikan adalah tatkala pada sore hari
atau saat matahari akan terbenam, berbagai macam jenis burung berjejer di
ranting-ranting pohon yang tersebar di seluruh pulau.
Keunikan atau suatu keajaiban langsung ditemui ketika
memasuki kampung ini. Agak jarang kita ditemui,
bahkan ini pertama kali bagi saya pribadi datang ke sebuah kampung yang mulai dari jalanan hingga ke pantai nya,
seluruh permukaan tertutup oleh batuan alam (kerikil) berukuran kecil. Hal unik ini juga yang membedakan Pantai Tablanusu
dengan pantai-pantai di tempat lain yang umumnya berpasir. Eksotis !
Langkah kaki dari orang-orang yang berjalan akan menimbulkan
suara dari gesekan batu-batu koral tersebut.
Bagi yang ingin mendapatkan refleksi gratis, dapat berjalan-jalan tanpa
alas kaki di sepanjang pinggir pantai nya.
Namun, bagi yang belum terbiasa mungkin akan merasa sedikit kesakitan.
Alasan yang membuat mengapa kampung ini menjadi tujuan wisata
yang layak bagi pengunjung tidak hanya disebabkan oleh keindahan pemandangannya
yang indah saja, namun keramahan dan kemurahan hati warga desa Tablanusu sangat
membekas di dalam hati setiap pengunjungnya.
Ketika mulai memasuki Kampung
ini, terlihat senyuman lebar dan juga sapaan hangat dari warga setempat menyambut
setiap pengunjung yang datang. Kondisi
ini tentunya menimbulkan perasaan nyaman bagi orang yang berkunjung.
Di tempat ini, bagi pengunjung
yang hanya datang atau berkunjung di
waktu pagi dan kembali ke tempat asal mereka pada sore hari nya, dapat menyewa
pondok (honai) untuk tempat bersantai menikmati suasana sekitar. Namun, bagi yang ingin menginap disana, sudah
tersedia tempat penginapan (resort) yang
menawarkan beberapa pilihan jenis kamar.
Pada saat saya disana, terlihat sedang dibangun beberapa kamar lagi untuk
memenuhi kebutuhan yang semakin naik.
Bagi yang ingin mendapatkan suasana berbeda, pengunjung dapat juga
menginap di tenda yang juga disewakan.
Untuk menunjukkan keterlibatan
dan dukungan mereka dalam rangka memajukan pariwisata disana, sebagian masyarakat
juga menawarkan atau menyediakan rumah mereka sebagai pilihan lain untuk tempat
menginap bagi para pengunjung.
Pengunjung yang memilih untuk
menginap di rumah warga, dapat menikmati masakan tradisional yang siap diolah
dan disajikan oleh masyarakat disana apabila dipesan terlebih dahulu.
Salah satu kegiatan yang bagi
pengunjung yang ingin merasakan pengalaman bagaimana menangkap ikan di laut,
dapat melakukan nya dengan cara ikut bersama-sama nelayan yang melaut pada
malam hari saat dimana memang nelayan mencari ikan. Biasanya cara nelayan menangkap ikan
berbeda-beda: menggunakan jaring, pancing ataupun menombak. Disini warna
kebersamaan atau berbaur sangat terasa.
Hal-hal seperti lah ini yang ditunjukkan
oleh masyarakat setempat bahwa betapa ramah dan terbuka nya nya mereka kepada
para pengunjung. Menunjukan sikap
kedekatan namun tidak pula membuat pengunjung merasa terganggu. Dampak
positifnya, orang tak akan sungkan untuk kembali lagi ke kampung ini.
Dari segi kebersihan dan
kerapihan, kelihatan bahwa masyarakat
setempat sudah sadar betul untuk menjaga kebersihan dan kerapihan Kampung ini
sebagai salah satu objek wisata. Sejauh
mata memandang, hampir tak terlihat ada sampah yang berserakan di kampung ini. Tempat-tempat
sampah terlihat pun cukup banyak di sediakan disetiap beberapa meter.
Tampaknya usaha dan upaya yang selama ini telah dilakukan
oleh pemerintah setempat dan didukung penuh oleh masyarakat nya untuk
menjadikan daerah ini sebagai tujuan wisata di Jayapura terlihat sudah mulai
membuahkan hasil.
Area pantai yang terjaga kebersihannya |
Airnya yang sangat jernih |
Selain menginap di resor, bisa juga nginap di tenda |
Subscribe to:
Posts (Atom)
Tips Memilih Jadwal Keberangkatan Saat Berlibur Bersama Balita
Pergi liburan bersama keluarga merupakan salah satu kegiatan yang pastinya menjadi wishlist di tiap tahunnya. Punya waktu yang bisa...
-
Travel more :) Belakangan ini memang tak dapat dipungkiri travelling menjadi begitu mem- booming di Indonesia. Semua or...
-
Danau Mandalawangi Begitu sampai di area Terminal Baranangsiang, Bogor kami melihat dan mencari kemungkinan transportasi lanjutan ...
-
(Mumi) Wim Motok Mabel Tujuan Bangsa Mesir Kuno memufikasi jenazah adalah untuk mengumpulkan energi dari alam semesta, yang d...