Saat itu saya dan tim baru saja turun setelah mendaki Gunung Papandayan. Pendakian kami kali ini dalam rangka membuat video untuk salah satu band indie, yaitu Bandaneira.
Dalam perjalanan di dalam mobil bak yang akan mengantar kami ke Cisurupan, handphone saya berdering.
"Lagi dimana lu, de? "baru aja nih turun dari Gunung Papandayan. Kenapa, Tif?" lanjut saya. Teman yang berada diseberang sana adalah Latief yang kebetulan seorang jurnalis di Kompas.com.
"Lu udah dengar kan beberapa hari lalu ada korban yang menyebabkan kematian pendaki di Gn. Gede dan Gn. Semeru?" "Oh, iya tuh gw dengar, pas sebelum gua naik".
Pembicaraan pun berlanjut yang intinya, teman saya Latief meminta saya menulis artikel tentang pendakian gunung, berimabas dari keprihatian makin banyaknya orang yang mulai aktifitas mendaki namun minim dalam hal pengetahuan, pendidikan dan tentunya persiapan.
Karena saat itu saya dalam perjalanan, saya meminta Latief untuk menghubungi istri saya saja untuk menuliskan artikel tersebut.
Singkatnya, akhirnya istri saya, Nouf Zahrah Anastasia menuliskan artikel dan dimuat di Kompas.com.
Berikut ini adalah copy dari tulisan di blog nya (www.bundanouf.blogspot.com) :
Bisa jadi, keputusan saya dan suami adalah kontroversial,
yaitu mengajak anak kami sejak usia 2.5 tahun naik gunung, bahkan ketika di
musim hujan. Sebagian yang tidak mengenal kami secara dekat mencibir dan
mengatakan kami egois, sebagian lagi salut dan mendukung. Lepas dari
kontroversi setuju dan tidak setuju, biarlah saya memaparkan alasan saya
mendaki gunung (plus kenapa saya repot repot mengajak anak saya turut serta).
Mendaki gunung, kerap kali diidentikan dengan kegiatan
“heroik” dan kadang dianggap sebagai kegiatan yang penuh bahaya. Bisa jadi, hal
ini benar adanya, jika dilakukan tanpa pengetahuan yang cukup dan persiapan
yang matang, karena mendaki gunung berarti melibatkan kegiatan fisik berat di
alam yang sulit ditebak kondisinya. Namun, di balik kata “heroik” dan penuh
bahaya, aktivitas mendaki gunung ternyata memiliki sejumlah manfaat. Dengan
pengetahuan yang cukup tentang kegiatan mendaki gunung, perencanaan dan
persiapan yang matang, dan eksekusi yang baik, kegiatan mendaki gunung bisa
menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan sekaligus menjadi sekolah pendidikan
karakater bagi seseorang yang menjalaninya.
Aktivitas mendaki gunung, pendidikan karakter nomer wahid
“Now I see the secret of making the best person: it is to
grow in the open air and to eat and sleep with the earth." - Walt Whitman
Seperti kebanyakan
kegiatan di alam bebas lainnya, menjalani aktivitas mendaki gunung bagaikan
sedang menjalani kehidupan sejatinya. Aktivitas mendaki gunung memiliki banyak
bahan pengajaran pendidikan karakter yang pastinya dibutuhkan seseorang jika
ingin sukses dan bahagia dalam hidupnya. Kata “karakter” di sini maksudnya bagaimana
seorang seseorang menampilkan kebiasaan positif dalam menyikapi segala kejadian
yang dihadapinya dalam kehidupan. Kebiasaan positif ini tentunya dapat
dipelajari dan perlu dibangun/dilatih. Melalui
kegiatan mendaki gunung, karakter positif seseorang dapat di bangun.
Mendaki gunung, bukan kegiatan impulsif karena mengharuskan
seseorang melakukan persiapan yang baik. Seorang yang hendak melakukan
aktivitas ini sebenarnya telah belajar banyak hal positif bahkan sejak
persiapan awal baru dilakukan. Persiapan termasuk di dalamnya menentukan
tujuan, membuat target perjalanan, mencari tahu support system yang ada (misalnya letak rumah sakit terdekat), mempelajari
tips dan penanganan darurat ketika menghadapi keadaan darurat, ataupun membuat
daftar barang yang dibutuhkan untuk mendaki. Melakukan persiapan perjalanan pendakian melatih seseorang untuk tidak gegabah
dan penuh perhitungan. Dua hal yang pastinya dibutuhkan dalam menjalani
petualangan kehidupan sehari hari. Dengan melakukan perencanaan, seseorang juga belajar bertanggung jawab
atas aktivitas yang akan dilakukannya.
Rasa cinta pada
alam, tidak bisa tumbuh hanya dengan melihat brosur perjalanan atau menonton
televisi. Soe Hok Gie pernah menuliskan …. “Patriotisme tidak mungkin
tumbuh dari hipokrisi dan slogan – slogan Seseorang hanya dapat mencintai
sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya Dan mencintai tanah air
Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari
dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari
pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat…”.
Dalam perjalanan
mendaki gunung, seseorang disuguhkan pada keindahan dan kemegahan alam
pegunungan. Dengan hadir secara
langsung, semua panca indra terlibat untuk membuktikan alam begitu indah dan
kita bertanggung jawab untuk memeliharanya. Seseorang akan dilatih untuk
menjadi seseorang yang penuh cinta pada
lingkungannya, terasah untuk bertanggung jawab pada dunia, paling tidak pada
lingkungan disekitarnya. Tidak membuang sampah sembarangan atau merusak
ekosistem yang ada, menjadi pelajaran yang paling sederhana namun penting yang
bisa didapat melalui aktivitas naik gunung.
Ketika melakukan
pendakian, seseorang dihadapkan pada banyak tantangan. Medan sudah pasti
menanjak, tidak rata, dan pastinya menguras keringat. Jalur pendakian kerap
tidak begitu jelas dan banyak kali ditemukan persimpangan. Sering kali jurang
terbentang di kiri atau kanan jalan setapak. Rasa dingin yang menggigit dan
oksigen yang menipis kompak membuat napas menjadi lebih berat dan tersengal. Seseorang
yang mendaki gunung pun diharuskan membawa perlengkapan dalam sebuah tas
ransel. Pastinya, butuh perjuangan keras untuk melakukan pendakian dengan beban
yang dipikul. Bebarapa orang mungkin melihat semua hal di atas adalah masalah
dan menghindarkan mereka dari kegiatan mendaki gunung. Namun, menyikapi semua
hal tersebut, seseorang memiliki
kesempatan untuk belajar
Dalam
perjalanannya, seseorang mungkin akan kedinginan,
terpeleset, jatuh, ataupun merasa lelah. Peserta pendakian masing-masing berkesempatan memberikan bantuan, dukungan,
ataupun perhatian satu sama lain.
Seseorang dilatih untuk peka akan kondisi yang ada dan karakter suka menolong
bisa terasah melalui kondisi seperti ini.
"Let me help you, my friend" |
Keren mas..sya pun pernah ngajak anak camping di penanjakan Bromo n itu saja udah jd pengalaman luar biasa..
ReplyDeleteCita2 saya bawa anak naik semeru at least sampe ranu kumbolo lah :)
Salam kenal mas :)
Makasih udah mampir disini :) Aamiin...semoga terlaksana ya niat nya.
Deletesalam kenal juga
Artikel yg sangat bagus mas..
ReplyDeletesalam kenal ya..
Makasih udah mampir, mas. salam kenal juga ;)
Deletewoohoo, awesome kid, kecil2 udah berpetualang, bolang banget lah, hihi
ReplyDeleteuwyeah.... :))
DeleteSangat setuju tulisan istri njenengan, dan betapa sabar dan tabah itu tak ada batasannya, kecuali kemampuan manusia itu sendiri untuk sabar. Segala masalah di gunung yang dihadapi bukanlah pantas dikeluhkan, karena hanya ujian dari Allah kepada hamba-Nya :)
ReplyDeletemakasih mas udah mampir disini :)
DeleteHallooo, Kak Sukma. Ada info jalan-jalan gratis, nih. Bisa dijadikan pengalaman yang dilihat dan dirasakan.
ReplyDeleteKesempatan untuk ikut ekspedisi Kalimantan bersama New Daihatsu Terios #Terios7Wonders.
Dimulai dari Palangkaraya, Kruing, Pulau Kaget & Kandangan, Amuntai & Balikpapan, Samarinda, Tn. Kutai dan berakhir dengan melihat cantiknya pulau Surga, Maratua.
Caranya, ikutan lomba blog "Borneo Wild Adventure"
Untuk info lebih lengkapnya,
http://bit.ly/terios7wonders2015
Ada Grand Prize MacBook Pro juga, lho!
Ayo ikutan, Kak! Jangan sampai ketinggalan, ya!
bener banget, mbak. entar jadi pendaki hebat tuh udah diajarin dari kecil :D
ReplyDeleteArtikelnya menarik mas,,, Salam kenal mas,,, setuju banget kalau kegiatan pendakian itu bahaya karena minimnya pengetahuan, dan kurangnya persiapan yang matang.
ReplyDeletesalam kenal :) makasih udah mampir di blog saya...
DeleteSetuju banget mas, kegiatan pendakian itu berbahaya bila kurangnya pengetahuan dan persiapan yang matang,,,, Salam kenal mas
ReplyDeleteVery nice om dede.. Salam :)
ReplyDeleteMakasih... :) ketemu dimana kita? di twitter @sukmadede jg bisa disapa :))
DeleteAnak2 suka naik gunung,paling enggak ortunya memang udah berpengalaman naik gunung, pengen sih ngajak ke gunung, tapi ibunya aja ga kuat sampe puncak, hehe...paling enggak bagi saya ngrnalin mereka ama hutan pantai dan sungai udah lmyan lah, salut ama keluarga mas, inspiratif bgt.
ReplyDeleteSalam.
hehehe....betul mbak, kita bisa ajak anak2 kita ke alam terbuka, mengenalkan juga masyarakat lokalnya, budaya yang berbeda dan lain-lain.
DeleteMakasih sudah mampir di blog saya :)
Assalamualaikum Bang Dede. Akhirnya nemu keluarga pendaki juga, hhe, Salam kenal Bang Dede. Saya juga ada rencana untuk ajak anak saya ke gunung (saya & istri saya memang hobi). Kira2, bisa ga ya kita naik bareng bang? Kalau berkenan, bisa sy minta kontak pribadi Bang Dede?
ReplyDeleteWass.
Wa'alaikumsalam. salam kenal mas herry. makasih udah mampir di blog saya.
Deletesaya bisa dikontak di: dede079@gmail.com
Instagram: sukmadede
Twitter: @sukmadede