Ibu dan anaknya |
Taman Nasional
Gagasan dari sebuah taman
nasional pertama kali muncul pada awal abad ke-19. Pada 1810 puitris Inggris William Wordsworth menggambarkan Danau
District
sebagai "sebuah bagian dari hak milik nasional di mana setiap orang
memiliki hak bagi yang memiliki mata untuk menerima dan sebuah hati untuk
menikmati".
Usaha pertama oleh pemerintah
untuk menetapkan tanah terlindungi tersebut dilakukan oleh Amerika
Serikat,
ketika Presiden Abraham Lincoln menandatangani "Act of Congress" pada 30 Juni 1864, menetapakan Lembah
Yosemite
dan Mariposa
Grove
di Giant
Sequoia
(pusatnya akan menjadi terkenal ke seluruh dunia Taman
Nasional Yosemite) kepada negara bagian California.
Namun, visi Taman Nasional
belum lengkap di Yosemite, dan membutuhkan usaha dari John Muir untuk memberikan
hasil. Yosemite tidak
menjadi taman nasional secara legal sampai 1 Oktober 1890.
Pada 1872, Taman
Nasional Yellowstone
diresmikan sebagai taman nasional pertama di dunia. Langkah pemerintah Amerika Serikat ini
kemudian diikuti oleh negara-negara lainnya di dunia.
Di Indonesia sendiri, menurut Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman
Nasional salah satunya didefinisikan sebagai ‘kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi”.
Taman Nasional Leuser sebagai
salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia mempunyai luas 1.094.692 Hektar
yang secara administrasi pemerintahan terletak di dua Provinsi Aceh dan Sumatra
Utara.
Secara yuridis formal
keberadaan Taman Nasional Gunung Leuser untuk pertama kali dituangkan dalam
Pengumuman Menteri Pertanian Nomor: 811/Kpts/Um/II/1980 tanggal 6 Maret 1980
tentang peresmian 5 (lima) Taman Nasional di Indonesia, yaitu; TN.Gunung
Leuser, TN. Ujung Kulon, TN. Gede Pangrango, TN. Baluran, dan TN. Komodo.
Hingga saat
ini terdapat 51 Taman Nasional di Indonesia, yang pengelolaannya di bawah Kementerian
Kehutanan Republik Indonesia.
Nah, itu sekilas informasi
singkat
awal pembentukan Taman Nasional di dunia maupun di Indonesia.
Saya dan istri kebetulan mempunyai minat yang sama,
yaitu jalan-jalan. Bahkan sebelum menikah,
kami sudah traveling bersama ke
beberapa tempat.
Pada dasarnya kami selau senang dan antusias
mendatangi tempat-tempat baru yang belum kami datangi, merasakan atau menikmati
alam nya, budaya nya, hingga makanan nya.
Namun kami memang lebih sering memilih jalan-jalan ke alam. Tak jarang kami mengunjungi tempat yang sama hingga lebih dari 5 atau 10 kali, bahkan lebih. Untuk beberapa tempat memang dapat membuat kami merasa nyaman dan rindu karenanya.
Namun kami memang lebih sering memilih jalan-jalan ke alam. Tak jarang kami mengunjungi tempat yang sama hingga lebih dari 5 atau 10 kali, bahkan lebih. Untuk beberapa tempat memang dapat membuat kami merasa nyaman dan rindu karenanya.
Nah, hobi inilah yang kami kenalkan ke anak sejak dia
masih kecil. Bahkan perjalan pertamanya ke alam (camping) saat usianya masuk 15 bulan.
Bicara soal wisata alam, saya dan istri, sudah sejak
lama mempunyai keinginan untuk meng-eksplor Taman-Taman Nasional di Indonesia. Apalagi ketika hadirnya Azzam, anak laki-laki
kami, keinginan itu bertambah kuat.
Tujuan keluarga kami dalam
menjelajah Taman Nasional adalah selain sebagai rekreasi keluarga, juga tentunya ingin memberikan
edukasi (terutama kepada anak kami) sebagai generasi penerus. Kami berharap pengetahuan dan pengalaman yang dia dapatkan akan membuat dia lebih bisa
untuk menghargai dan mencintai alam, yang sekaligus akan memperluas wawasannya.
Earth and sky, woods
and fields, lakes and rivers, the mountain and the sea, are excellent
schoolmasters, and teach some of us more than we can ever learn from
books.
John Lubbock
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/quotes/j/johnlubboc122570.html
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/quotes/j/johnlubboc122570.html
Earth and sky, woods
and fields, lakes and rivers, the mountain and the sea, are excellent
schoolmasters, and teach some of us more than we can ever learn from
books.
John Lubbock
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/quotes/j/johnlubboc122570.html
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/quotes/j/johnlubboc122570.html
Earth and sky, woods
and fields, lakes and rivers, the mountain and the sea, are excellent
schoolmasters, and teach some of us more than we can ever learn from
books.
John Lubbock
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/quotes/j/johnlubboc122570.html
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/quotes/j/johnlubboc122570.html
Selain selalu berbagi atas apa yang kami ketahui, yang kami
inginkan juga untuk anak
kami adalah memberi dia kesempatan untuk melihat dan merasakan nya langsung.
Kesempatan baginya tidak
hanya tahu
Taman Nasional, hutan dan segala yang
ada didalamnya hanya melalui cerita, foto yang ada di buku/majalah ataupun
melalui chanel-channel tv dan internet.
"Earth and sky,
woods and fields, lakes and rivers, the mountain and the sea are excellent
schoolmasters, and teach some of us more than we can ever learn from
books".
(John Lubbock)
Penjelajahan keluarga
yang kami mulai di bulan Maret 2016 ini kami beri slogan/tagline #FamilyGoesToNationalPark yang didukung oleh #EigerAdventure. Tentunya
sesuai tagline nya, ingin mengajak
keluarga-keluarga di Indonesia untuk menjelajahi Taman-Taman Nasional di
Indonesia yang sangat kaya akan ilmu.
Kami akan mencoba berbagi apa yang kami rasakan, lihat
dan alami dan berharap dapat bermanfaat bagi orang lain.
Setelah
membuat beberapa survey melalui tulisan, video
di internet dan juga berbicara pada beberapa kawan, akhirnya kami memutuskan
Taman Nasional Gunung Leuser sebagai tujuan pertama dalam misi kami untuk
menjelajahi Taman-Taman
Nasional di Indonesia. Meskipun dalam
perjalanan sebelumnya kami sudah pernah mengunjungi beberapa Taman Nasional di
Indonesia.
Taman Nasional Gunung Leuser
sendiri mempunyai beberapa pintu masuk, karena memang wilayahnya yang mencakup
provinsi Aceh dan Sumatra Utara.
Sekitar 2 jam lebih 10 menit kami terbang dari Jakarta ke Medan dengan Citilink. Di pintu kedatangan, tampak seseorang dengan kertas bertuliskan nama saya. “Mas Bibit, ya?” ujar saya. Dia mengangguk. Mas Bibit inilah yang akan membawa kami ke Bukit Lawang di hari pertama ini.
“nanti
jalanan nya agak sedikit rusak dan berlobang, mas”, ujar mas bibit kepada saya di
tengah-tengah obrolan kami di dalam mobil. Menurut mas Bibit, jalanan yang rusak menjadi salah
satu alasan
wisatawan dari Kota Medan ke Bukit
Lawang. Medan adalah kota besar yang
lumayan dekat dari Bukit Lawang, dapat menjadi pengunjung lokal yang potensial.
Kira-kira 3 jam
perjalanan akhirnya
kami
sampai di Bukit Lawang. Bang Zefri dari Ecolodge, tempat kami akan menginap,
tampak berdiri menyambut
kami di parkiran.
Setelah check-in, kami lalu dikenalkan
dengan Putra. Putra inilah yang akan
menjadi guide kami untuk masuk ke
dalam kawasan TNGL.
Besok adalah rencana kami untuk trekking kesana, maka
hari ini kami putuskan unutk mengekspor daerah sekitar, sekaligus sebagai
pengenalan.
“kita ke
sungai landak aja, disana bagus untuk berenang, main air. Sepi juga” ujar Putra. Sepakat dengan usulannya, kamipun ke sungai
landak dan sampai disana dalam waktu sekitar 45 menit. Saat kami tiba, tampak hanya ada 2 orang disana yang sedang
berenang. Kami pun segera ikut menyebur kedalam sungai
sekaligus membasuh badan yang memang berkeringat setelah trekking menuju sungai
ini.
Tak peduli dengan dinginnya
suhu air di tempat ini, azzam seakan tak mau keluar dari dalam sungai yang
bening dan bersih itu. Apa daya,
berlama-lama di air akhirnya membuat perut kami terasa lapar. Teh dan kopi hangat juga mie rebus telah
menyambut dipinggir sungai.
Sore itu hujan sempat turun
sebentar menemani perjalanan kami kembali ke penginapan.
Main air... |
Keesokan harinya sekitar pukul
8 pagi,
kami memulai perjalanan ke TNGL. Putra,
sang guide membawa satu orang
kawannya untuk ikut menemani
kami, Rudi namanya.
“Welcome To Gunung Leuser
National Park”. Begitu tulisan yang
terpampang di gapura sebagai tanda kami akan memasuki
wilayah Taman Nasioanal
Gunung Leuser.
Sumatran Orangutans are critically endangered ! |
Welcome To Gunung Leuser National Park |
“Nah, ini
Zam giant ant (semut raksasa). Yang ini
betina, kalo yang jantan kepalanya lebih besar lagi” ujar Putra sambil menunjukkan
seekor semut berukuran sekitar 3 cm yang diletakkan di telapak tangannya. “wah,
besar ya semut hutan”, sahut
Azzam yang langsung memotret semut tersebut dengan kameranya.
Iguana, monyet ekor panjang dan
thomas leaf monkey dan orangutan termasuk hewan-hewan yang juga kami jumpai selama trekking.
“Mana Orangutan nya ?” tanya Azzam pada Putra. “Sebentar
lagi mungkin kita ketemu mereka. Berdoa aja” jawab Putra. Memang, untuk bertemu Orangutan agak sedikit
butuh keberuntungan, karena memang cara hidup mereka yang
berpindah-pindah. Tak hanya di satu
tempat saja.
Selang beberapa puluh meter berjalan, kami melihat beberapa
orang sedang melihat ke arah atas. Nah
rupanya di area ini ada Orangutan nya.
Kami pun berhenti di tempat itu.
Satu persatu pengunjung berdatangan di tempat
itu. Semuanya berhenti, melihat takjub, dan
tak lupa mengabadikan Orangutan itu dengan kamera-kamera mereka.
Di Indonesia Orangutan Sumatra merupakan
spesies mamalia yang dilindungi. Hewan yang termasuk dalam spesies langka ini masuk dalam program
konservasi di TNGL, namun ketika mereka sudah mampu beradaptasi dengan
lingkungannya, mereka akan dilepas
ke alam bebas.
Sang Raja Kawasan |
“Tuh zam,
liat gak ada yang bareng anaknya
. Lucu ya ?” ujar istri saya sambil
menunjuk ke salah satu pohon. Azzam pun
memandang ke atas menuju arah yang ditunjuk bundanya.
“Yang itu
namanya si Pesek”
ujar Putra menjelaskan. Rupanya tiap-tiap
Orangutan
yang ada di kawasan ini diberikan nama ketika.
Seekor Orangutan jantan turun dari
atas pohon dan kemudian
berjalan di
tanah. Para guide pun
menginstruksikan pada para pengunjung untuk menjaga jarak aman dengan primata
tersebut.
Setelah beberapa lama disana, kamipun melanjutkan
perjalanan.
Selang setengah jam berjalan, saatnya kami berstirahat.
Rudi yang menemani
dengan sigap mengeluarkan buah semangka dan nenas dari dalam tasnya lalu
memotong-motongnya untuk disantap. Nikmat
rasanya menyantap pisang dan nenas setelah trekking. Menikmati buah-buahan segar sambil menikmati
pemandangan hutan yang indah. Merasa
sudah cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan.
Istirahat dulu... |
Sedang asyiknya kami menikmati trekking, tiba-tiba Rudi mencoba memberi tahu kami yang berjalan
didepan “Tuh, ada si Wati diatas” ujarnya
setengah berteriak. Ternyata ada lagi
Orangutan yang kami temui. Mengambil posisi masing-masing, kamipun
melihat tingkah Wati si Orangutan yang bergelantungan diatas pohon. Dia berpindah-pindah dari satu batang pohon
ke batang lainnya. Selang 20 menit,
perjalanan kami teruskan, rupanya wati si Orangutan sempat mengikuti kami dari
atas pohon sejauh beberapa puluh meter.
Trekking |
Akhirnya sampailah kami dipingir hutan dan memasuki
jalanan yang merupakan tumpukan batu-batu berukuran sedang. Di sebelah kanan sudah terdengar riak Sungai
Bahorok. Perjalanan kami trekking di hutan TNGL yang memakan
waktu sekitar 3 jam akan kami lanjutkan dengan menilkmati sejuknya suhu air
Sungai Bahorok yang bersih dan jernih.
Badan kami yang sudah berkeringat, terasa kembali segar ketika
menceburkan diri kedalam sungai. Azzam
menikmati sungai dengan berendam, berenang, menyeberang sungai yang arusnya
lumayan deras. Putra dengan setia selalu
menemaninya. Dalam hal bersosialisasi
dengan orang yang baru dikenalnya, Azzam termasuk cepat beradaptasi. Mungkin ini juga karena sejak kecil dia sudah
terbiasa bertemu orang-orang baru yang bukan dari lingkungan dekatnya.
Gembira.... |
Dipinggir sungai ada seseorang yang sedang menyatukan
ban-ban dalam yang berukuran besar dengan tali.
Rupanya orang tersebut yang nantinya akan membawa kami kembali ke bawah
dengan mengarungi sungai bahorok.
Setelah menghabiskan makan siang dipinggir sungai dan
masih merasa belum puas bermain air, kami semua kembali kedalam sungai
ditengah-tengah cuaca yang memang cukup panas.
“Ayok, udahan. Kita pulang ya?” ujar saya. Sambil mengkerutkan mukanya Azzam berkata
“Yah, udahan ya?” “Ntar di bawah sana masih bisa main air lagi kok, zam” saut
Putra. Rupanya omongan Putra itu cukup
menenangkan Azzam. Kami semua naik ke atas
ban dalam termasuk perlengkapan bersiap untuk mengarungi sungai.
Tak terasa sekitar setengah jam, melewati beberapa
jeram kecil dan juga air yang tenang akhirnya kami tiba diakhir perjalanan hari
ini. Sepanjang pengarungan, tampak
terlihat para pengunjung yang menikmati menghabiskan hari Minggu mereka disana.
Di garis akhir perjalanan tubing, azzam masih menghabiskan
waktu hingga sore, bermain-main di sungai sebelum akhirnya kami kembali ke
penginapan.
Malam harinya, kami kembali membereskan segala perlengkapan
kami, karena besok akan meneruskan perjalanan ke Tangkahan.
Huahuahua; seru kalau main abreng keluarga, apalagi adeknya sudah kuat jalan sendiri :-D
ReplyDeleteiya seruuuuu..... :))
DeleteSlaam buat wati yaaaa hehehe
ReplyDeletewah, kalo salam kita harus balik lagi nih keknya :))
DeleteAsik banget Bang Dede jalan-jalan keliling Taman Nasional. Kalau aku masih di Bali dan lagi di Taman Nasional Bali Barat, jangan lupa info-info yaaa.. Siapa tahu aku bisa nebeng haha.
ReplyDeleteIya nih kak first, akhirnya bisa coba kita mulai penjelajahan tamn nasional nya. semoga bisa terus dan semesta mendukung! Sip2 akan berkabar :))
Delete