Sang Ora |
Orang Manggarai menyebutnya Ora dalam bahasa mereka. Hewan jenis kadal terbesar di dunia ini lebih
suka hidup di dataran rendah sebagai tempat berlindung dan sabana untuk mencari
makan.
Kadal besar dan gemuk ini
adalah hewan predator dan juga
pemakan bangkai. Karena tubuhnya yang
besar, hewan ini sering disebut juga Dragon.
Predator ini adalah hewan penyendiri,
dia hanya akan berkumpul ketika saat makan dan berkembang biak.
Dalam urusan berkembang biak
selain hasil perkawinan normal antara jantan dan betina, Komodo betina juga
dapat melahirkan anak tanpa harus dibuahi oleh pejantan atau disebut juga dengan partenogenesis.
Komodo adalah salah satu hewan
langka yang harus jaga kepunahan nya.
Maka dengan tujuan melindungi
dan menjaga populasinya, Taman Nasional Komodo diresmikan menjadi Taman
Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1980.
Di kawasan Taman Nasional
Komodo, NTT yang luas daratan nya sekitar 170,000 hektar, salah satu pulau yang
menjadi habitat asli Komodo adalah Pulau Rinca, salah satu dari 3 pulau
terbesar di kawasan TN Komodo.
Menurut hasil survey terakhir,
populasi hewan ini di Pulau Rinca tinggal sekitar 1300-an ekor. Jika tidak dijaga, jumlah ini akan berkurang
dikarenakan adanya perburuan liar ataupun berkurangnya jumlah mangsanya, salah
satunya rusa yang juga merupakan target para pemburu liar.
Dari Pos KPLP Loh Buaya, kami
pun disambut oleh pemandu yang
bersenjatakan kayu bercabang dua diujungnya, yang biasa disebut magic stick. Perburuan pun dimulai !
Setelah trekking beberapa
puluh meter menuju Pos Ranger , saya
yang berjalan paling belakang melihat ada Komodo yang sedang berjalan
sendirian, segera saya memanggil teman-teman yang berjarak 100 meter di depan untuk kembali agar dapat melihat Komodo itu
dari dekat.
Tiba di Pos Ranger kami pun mendapatkan
briefing singkat mengenai trek yang
akan dilalui, termasuk hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Lalu perburuan
dilanjutkan. Memasuki kawasan hutan,
terlihat ada tali-tali yang berfungsi sebagai pembatas di sisi jalur yang
dilalui. Menurut pemandu, batas itu
sengaja di buat sebagai pembatas untuk kawasan sarang bertelur komodo betina.
“Ketika menjaga telurnya, sang
induk Komodo akan terus menerus berada di sarang nya selama 3 bulan, dan bisa
tanpa memakan apapun” ujar pemandu kami.
Tak heran jika ada yang mendekati
sarangnya, mereka sang induk akan menjadi sangat agresif. Sebagai catatan hewan ini dapat berlari
hingga kecepatan 16-20 km/jam.
Maka dari itu ketika
berkunjung ke sana maka kita mesti waspada.
Jika ada komodo yang mengejar, tips nya adalah berlarilah secara zig-zag
ketika dikejar komodo, karena mereka sulit untuk berlari berbelok-belok.
Memanjat Pohon salah satu cara lainnya
untuk menghindari dari kejaran komodo.
Namun tidak berlaku jika kita dikejar oleh komodo yang masih kecil, karena
mereka akan bisa memanjat pohon.
Predator ini mempunyai masa
mengeram selama 8 sampai 9 bulan sebelum akhirnya telur nya menetas. Telurnya
yang kira-kira seukuran telur kura-kura akan menghasilkan bayi komodo sepanjang
sekitar 30 cm.
Hal-hal Itulah beberapa dari point penting yang disampaikan kepada
kami pada waktu briefing singkat oleh
pemandu. Termasuk soal batas tali tadi
sengaja dibuat untuk memperingatkan pengunjung.
Sedang asyik-asyik nya
berjalan sambil mengobrol, tiba-tina kami dikagetkan oleh 2 ekor komodo yang
sedang bertarung, ternyata ada seekor komodo yang mencoba memasuki sarang
komodo lainnya yang sedang bertelur.
Kamipun tersontak kaget dan sontak menghentikan langkah. Hingga akhirnya salah satu dari komodo
tersebut menjauh mengalah, maka langkah pun kami teruskan.
Suatu suguhan yang menarik dan
jarang terjadi, tanpa rekayasa tentunya.
Di suatu tempat lain yang kami
lalui terlihat ada kubangan tempat dimana biasanya kerbau berkumpul. Selain kerbau yang menjadi mangsa komodo, monyet
dan rusa juga dapat ditemui disana. Di
Pos Ranger, kami melihat beberapa
sisa-sia tengkorak kepala hewan-hewan korban sang Ora yang sengaja dipajang.
Ukuran hewan ini ada yang
beratnya mencapai hingga lebih dari 120 kg dan berukuran lebih dari 3 meter. Sedangkan
untuk membedakan jenis kelamin komodo, dapat terlihat jelas dari ukuran
tubuhnya. Ciri yang paling terlihat jelas adalah komodo jantan
tubuhnya jauh lebih besar dari betina.
Akhirnya kami pun sampai
kembali ke tempat awal kami masuk setelah perjalanan mengitari pulau yang memakan waktu sekitar
1,5 jam.
Sebuah pengalaman yang
menakjubkan berkesempatan melihat predator dari pulau Rinca dari dekat.
Bersandar di Pulau Rinca |
Pintu Masuk Loh Buaya |
Berjemur |
Menghadang di Tengah Perjalanan |
Sisa-sisa Korban Komodo |
No comments:
Post a Comment