Melompat...Memecut |
Hujan deras yang
mengguyur Kampung Melo, Nusa Tenggara
Timur di akhir oktober itu tak menghentikan mereka untuk memulai acaranya. Para kaum perempuan pun mulai memainkan alat musik seperti gendang dan
gamelan untuk meniringi permainan/tarian Caci yang akan segera dimulai.
Menurut Pak Joseph, tetua yang
saya temui bahwa awalnya tarian caci ini adalah tarian/permainan yang dilakukan
para pejuang perang untuk merayakan dan mengenang perang. Tarian ini menjadi
salah satu warisan budaya yang masih di lestarikan hingga saat ini.
Makna dari Tarian ini sendiri
adalah rasa kepahlawanan ataupun keperkasaan pria Manggarai, untuk menampilkan
sisi heroisme mereka.
Namun dewasa ini, tarian ini
berkembang dilakukan juga pada saat upacara-upacara seperti untuk mensyukuri
hasil panen, pentasbihan seorang imam, penyambutan tamu, dan lain-lain.
Kata Caci itu sendiri berasal
dari Ca berarti satu, Ci berarti uji.
Jadi Caci itu bisa bermakna ujian satu lawan satu. Pertarungan antara dua orang pria, satu lawan
satu, saling pecut secara bergantian.
Suatu lambang Keberanian.
Dalam kesempatan kunjungan
kali ini, saya mendapat kehormatan untuk memulai permainan caci ini. Dengan dibekali pecut, saya pun melompat
menyerang seorang pemuda yang berpakaian dan bersenjatakan lengkap sudah
bersiap untuk menangkis serangan saya.
Suatu pengalaman baru dan sangat menarik bagi saya pribadi.
Biasanya larik atau pecut yang
digunakan dalam permainan/tarian caci terbuat dari kulit kerbau yang telah
dikeringkan, begitu juga dengan perisai untuk menangkis pukulan sang lawan juga
terbuat dari kulit sapi.
Sedangkan pakaian yang
digunakan adalah pakaian perang, dengan dada dibiarkan terbuka dan bagian
kepala memakai semacam topeng yang menutupi muka.
Beberapa orang disekitar memberikan
dukungan dengan tari-tarian dan nyanyian sambil menunggu giliran mereka, saat
dua orang lainnya tengah bertanding.
Rasa persaudaraan dan
keakraban sangat terasa, karena si penyerang pun menyanyikan lagu-lagu dan
menari nari sebelum memulai penyerangan.
Sementara itu ada orang-orang
yang bertugas memberikan tuak, minuman khas yang selalu ada saat acara ini
dilakukan kepada si pemain caci tadi.
Tuak ini tak lebih dari sekedar untuk membangkitkan semangat. Apalagi dalam cuaca hujan seperti ini cukup
lumayan untuk menghangatkan tubuh.
Cihuy ada fotoku. :))
ReplyDeleteYoi, Pung. Thanks untuk fotonya :D
ReplyDeleteini persisnya di Flores ya mas ? sebelah mananya ? Kebetulan bln Okt 2012 lalu saya jg ke Labuan Bajo & Komodo.
ReplyDeleteIni di Labuan Bajo. Sekitar 30 mnt dari Pelabuhan
ReplyDelete