Pintu Masuk TNGGP (foto by alex didit) |
Jum’at malam kali ini untuk
kesekian kalinya secara impulsif saja, saya, tasya dan didit memutuskan untuk
pergi ke air terjun Cibereum, Azzam pun
ikut serta pastinya. Tempat ini memang sudah seperti taman bermain kami. Tak bosan hampir pasti setiap bulan kami berkunjung
kesana. Selain menikmati segarnya udara juga untuk menjaga stamina tubuh.
Akhirnya Sabtu pagi itu kami
ber empat berangkat ke Cibereum. Seperti biasa, santapan bubur ayam Bunut
menjadi menu ‘wajib’ yang kami lahap sebelum ke Cibereum.
Di depan Pos volunteer
Montana, ada dilow salh seorang volunteer disana yg memangil-manggil. Bercakap-cakap sebentar, dia pun menawarkan
kami kai ini untuk ke Air Terjun Ciwalen ketimbang Cibereum.
Sebenarnya kami bertiga, saya,
tasya dan didit sudah mendengar tentang air terjun ini sebelumnya, namun belum pernah
sempat pergi kesana. Mungkin karena
terpikir jarak yang begitu dekat, sehingga kurang lama dari sisi trekking ya. Namun
tanpa diskusi panjang lebar lagi, akhirya kami sepakat untuk pergi ke air
terjun Ciwalen diiringi hujan rintik-rintik di bulan Januari 2012 ini.
Air terjun Ciwalen ini tidak
terlalu jauh. Jika biasanya untuk ke air
terjun Cibereum membutuhkan waktu sekitar 2 jam, namun menuju air terjun yang
lebih rendah dari air terjun Cibereum ini hanya membutuhkan waktu sekitar 20
menit saja.
Ternyata dari awal perjalanan
saja sudah menarik. Mungkin juga suasana
yang berbeda dari Cibereum yang biasa kami kunjungi. Azzam pun berjalan di depan berbarengan
dengan Dilow. Sedangkan Indra, teman
dari Montana yang satunya lagi menemani kami dibelakang.
Perjalanan diawali dengan
plang petunjuk yang terbuat dari kayu bertuliskan “Selamat Datang di Jalur
Interpretasi”. Interpretasi ? Apa
maksudnya masing-masing orang dibebaskan meng-interpretasikan sendiri ? Tidak.
Jalur ini disebut interpretasi karena ini merupakan jalur untuk pendidikan,
pelatihan dan penelitian.
Sebenarnya jalur interpretasi yang berjarak sekitar 1,5 KM ini adalah
jalur yang dimonitoring atau diamati untuk mengetahui mengenai kondisi
lapangan/ hutan yang kerap kali digunakan sebagai wilayah untuk pendidikan
lingkungan atau sebagai wilayah pemanfaatan. Sehingga jalur ini sangat
mendukung bagi siswa sekolah unutk menambah pengetahuan temtang alam dan lingkungan.
Karena itu tentu saja tempat
ini selain kita mendapatkan udaranya yang segar, sebagai sarana berolahraga
namun juga sebagai tempat untuk menambah pengetahuan tentang alam.
Lalu kami temui lagi papan
informasi yang berisi keterangan dan foto Macan Tutul Jawa (Phantera Pardus
Melas). Hewan ini adalah satwa yang
dilindungi dan TNGGP merupakan salah satu habitat terbaik bagi Macan Tutul Jawa
di Jawa Barat. Kucing besar penghuni
terakhir yang tersisa di pulau Jawa.
Foto Macan Tutul Jawa yang
bisa kita lihat disana adalah merupakan hasil karya dari CI (Conservation
International). Sebuah organisasi yag dibangun di atas sebuah landasan ilmu
pengetahuan, kemitraan dan praktik lapangan yang kuat dengan memberdayakan
masyarakat untuk memelihara alam, keanekaragaman hayati, dan kesejahteraan
manusia, secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Selanjutnya jalur yang kami
lewati, memberikan informasi-informasi dari berbagai tanaman dan hewan yang ada
disana.
Rotan Badak (Plectocomia
elongate Mart.Ex.BI), tumbuhan liana yang dpt tumbuh menjulang tinggi hingga
mencapai 5 sampai 20 meter.
Sungai Ciwalen (Ordo II) TNGGP
ini sendiri setiap tahun nya menghasilkan 231 milyar liter air per tahun, bukti
nyatanya adalah dengan sungainya yang berair atau mengalir sepanjang tahun.
Sedangkan untuk hewan jenis
burung, potensi burung sebanyak 251 species atau 50% burung yang ada di Pulau
Jawa. 18 species diantaranya merupakan
pemangsa (raptor), mrpkn salah satu mata rantai penting dalam ekosistem hutan
hujan tropika pegunungan.
Walen (ficus ribes reiw)
tumbuhan keluarga beringin-beringinan ini mempunyai peranan penting bagi burung,
mamalia termasuk primata. Buah dan daun muda merupakan bagan yg dimakan satwa.
Manfaat obat: diekstrak dicampur gambir untuk megobati malaria dan sakit perut.
Canopy Trail sebagai jembatan penghubung
untuk menuju ke air terjun Ciwalen. Dibangun pada tahun 2010 lalu oleh Gunma
Safari World Japan. Dengan panjang lintasan 130meter, tinggi 40 meter, dengan
kapasitas maksimal 300 kg. Jembatan ini
dibuat diantara pohon-pohon besar.
Fungsi dari Jalur Intepretasi
Ciwalen ini sendiri adalah sebagai sarana penelitian satwa arboreal dan
stratifikasi tajuk vegetasi.
Memudahkan dalam mengamati
satwa burung yang sering terbang ke daerah tersebut dan juga dapat mengamati
keadaan pohon di bagian pucuknya.
Sedangkan untuk tanaman,
beberapa tanaman obat di TNGGP terdiri dari beragam jenis, yang diantaranya
terdiri dari semak, perdu dan pohon. Sebagian dari tanaman-tanaman yang ada
bahkan sudah dibudidayakan dan dijadikan sebagai obat herbal tradisional.
Nah, ketika sudah melewati
beberapa plang informasi tadi, sampailah kami di Air Terjun Ciwalen, yang
tingginya hanya sekitar 12 meter.
Disinilah kami membuka ply sheet unutk berteduh dari hujan dan menyantap
makan siang yang sudah kamu persiapkan dari bawah.
Perjalanan kali ini kami
mendapatkan suatu pengalaman yang baru dan berbeda.
Perjalanan Dimulai (foto oleh NZ Anastasia) |
Plang Petunjuk Canopy Trail (foto oleh NZ Anastasia) |
Azzam di Canopy Trail (foto oleh alex didit) |
Air Terjun Ciwalen (foto oleh NZ Anastasia) |
Mas, mantabz nih naik gunungnya. Anaknya umur brp pas diajak naik gunung & camping? anakku 3,5 th br planning mo ngajak camping nih. Aku baca2 blog mas lg ya...terutama utk tips traveling adventure sama anak. Thx
ReplyDeleteHehehe....ini belum yg naik gunungnya. Azzam pertama camping di air terjun cibereum umur 15 bulan. nah naek gunung pertamanya umur 2,5 thn, alhamdulillah sdh 3 kali kesana (blm pernah ada yg saya tulis), mgk nanti. Ayo ajak anak belajar di dan ke Alam :)) Terima kasih sudah mampir.
ReplyDeleteTwitter ku: @sukmadede
nah utk yg share, bisa di @familytripID