Friday, September 4, 2015

Gunung, Pantai, Tenun Hingga Tembakau Ada Di Pulau Lombok



Gunung Rinjani, sebagai gunung kedua tertinggi di Indonesia ini memang sangat terkenal dengan keindahan pemandangan nya. Bahkan masuk dalam daftar salah satu gunung berapi aktif terindah di dunia.

Gunung yang terletak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat ini banyak didatangi oleh para pendaki mulai dari  lokal  hingga pendaki mancanegara. Memang, dengan medan dan pemandangan nya yang bervariasi dari mulai sabana, hutan dan danau sangat memanjakan mata para penikmat alam.
Namun kali ini, sayangnya kedatangan saya dan beberapa kawan ke “Pulau 1000 Mesjid” ini bukan untuk mendaki Rinjani.   

Jalanan yang pas untuk 2 mobil membawa kami melintasi bagian Timur Pulau Lombok.
Bercanda, nyanyi hingga ngerjain teman sendiri kami lakukan didalam bus berukurang sedang tersebut untuk mengurangi rasa kantuk.
Setelah perjalanan hampir memakan waktu sekitar 2 jam kalau dihitung dari hotal dimana temoat kita menginap, terlihat disisi kanan jalan ada plang bertuliskan Pantai Kuta. “wah, nyampe juga nih kita”, ujar seorang teman dengan wajah sumringah.  Karena memang Tanjung Aan yang akan kami datangi letaknya tak jauh dari Pantai Kuta, Cuma sekitar 5 km saja. 

Matahari masih memancarkan sinar teriknya ketika kami sampai di Tanjung Aan.  Pantainya yang berpasir putih tampak menyilaukan mata. 
Begitu turun dari bis, tak ada seorangpun yang langsung ke pantai, tapi mencari tempat untuk berteduh sementara.
Beberapa ada yang menuju warung, ada juga yang ke pondokan yang terbuat dari kayu dan beratapkan daun.
Selagi menikmati belaian angin sepoi, tak menunggu lama kamipun langsung di serbu oleh para penjaja kain khas lombok.  Ada sekitar 5 sampai 7 orang pedagang yang mendekati kami. Beberapa teman membeli lagi kain yang dijajakan walaupun sebagian besar dari kami sudah berbelanja tadi ketika singgah di Desa Adat Sade.  Mungkin karena memang warna warni kain tenun lombok ini sangat menarik dipandang mata.

Beberapa hari berada di Lombok kali ini, lumayan menambah pengetahuan saya.  Ternyata disamping efek dari pariwisata dan turunannya sebagai salah satu penghasilan dari para penduduk di Lombok, ternyata Lombok, khususnya Lombok timur dikenal juga sebagai salah satu tembakau terbaik di Indonesia.
Dari pembicaraan kami dengan para petani, ketika kami mampir di Desa Lekor bahwa adanya perubahan-perubahan yang dirasakan masyarakat.

“Dulu sekali, sering terjadi kejahatan di daerah sini, seperti perampokan ternak.  “Tempat saya ini malah pernah disambangi sekitar 20 orang rampok” jelas Pak Haji Sabarudin, salah seorang ketua kelompok tani di Desa Lekor. 
Namun setelah pertanian tembakau mulai menggeliat di akhir tahun 1986-an, daerah disana pun mulai ramai, jalanan lebih baik dan penerangan yang cukup.

“Bahkan ada mantan rampok yang kini setelah sadar lalu menjadi petani tembakau. Selain bertanam tembakau, Haji Sabarudin juga berternak sapi yang berasal dari Bali.
 Upaya yang dilakukan Pak Sabarudin memang tidaklah bisa dikatakan mudah.  Butuh waktu yang lumayan baginya untuk mengajak dan meyakinkan warga nya agar mau bertani tembakau yang kini hasilnya sudah dapat dirasakan oleh warga desa Lekor.
Hampir tak ada usaha yang tak pernah ada gagalnya.  Seperti yang pernah dialami oleh Pak Sabarudin dan warga desa Lekor. 

Di tahun 2010, mereka sempat bangkrut karena tahun itu curah hujan lumayan tinggi yang mengakibatkan gagal nya panen tanaman tembakau.
Tanaman tembakau memang salah satu tanaman yang cocok ditanam di daerah yang relatif kering, tentunya dengan beberapa persyaratan yang menjadi standar. 

Sempat mereka mencoba bertani tanaman lainnya seperti kedelai, namun hasilnya tak seberapa.  “yah, kita cuma bisa dapat balik modal aja”, ujar Pak Sabarudin.  Matanya menerawang, seperti mencoba mengingat peristiwa yang sempat menjatuhkan semangat mereka.
Selain bertanam tembakau, masyarakat Lombok Timur juga menanam padi dan cabai di lahan mereka.
Seiring informasi, bantuan modal, bibit, pelatihan dan pendampingan bagaimana cara bertani yang benar yang didapatkan dari pihak mitra, hari demi hari semakin baik pula hasil tani yang mereka tuai.

Pak Sabarudin melanjutkan ceritanya, “jadi disini, untuk melihat petani yang sudah berhasil sangat mudah sekali. Yang pertama naik haji, punya rumah dan yang ketiga...kawin lagi. Hahahaha..” ujarnya sambil tertawa. Beliau sendiri sudah pergi haji 1 kali.  “gak dikasih izin sama istri” jawab Pak Sabar sambil mesem, ketika ada seorang teman yang bertanya kenapa istri beliau cuma satu saja.
Pak Sabarudin sendiri kini memperkerjakan sekitar 50 orang di lahan yang dia punyai dengan luas lahan sekitar 75 are.  Total lahan tembakau di lombok sendiri sekitar 20.000 an hektar.

Seperti yang sudah saya sebutkan diatas tadi, selain pariwisata mungkin saat ini pertanian tembakau menjadi salah satu sendi kehidupan di kawasan Lombok Timur.
Dengan adanya peningkatan pendapatan, bertambah pula wawasan.  Anak-anak petani kini banyak yang bersekolah tinggi, bahkan beberapa diantara meneruskan usaha orang tuanya setelah menyelesaikan jenjang perguruan tinggi.
Harapan mereka mungkin sama dengan petani di daerah lainnya, yaitu tidak terjadinya gagal panen, harga jual yang baik dan adanya bantuan dalam berbagai bentuk baik dari pihak pemerintah maupun mitra swasta.

Hari keempat di Lombok, jam telah menunjukkan pukul 4 pagi. Saya dan kawan-kawan bergegas menuju ke bandara untuk pulang ke tempat asal masing-masing.  Sampai jumpa lagi, Lombok!


Di Tanjung Aan

Penenun di Desa Sade

Haji Sabarudin

Di Kebun Tembakau

Tips Memilih Jadwal Keberangkatan Saat Berlibur Bersama Balita

Pergi liburan bersama keluarga merupakan salah satu kegiatan yang pastinya menjadi wishlist di tiap tahunnya. Punya waktu yang bisa...