“Kapan kita nyampe di Desa nya
?” seakan
sudah tak sabar Azzam melontarkan pertanyaan itu untuk kesekian kalinya setelah
beberapa saat kami meninggalkan Pelabuhan Ratu.
Memang
seperti biasanya, ketika akan mengunjungi suatu tempat, kami selalu memberi
tahu Azzam akan kemana, tempat nya seperti apa, akan ada apa saja, dan hal-hal
lainnya. Seperti kali ini kita
memberitahunya akan mengunjungi Kampung atau Desa Ciptagelar.
Setelah
memakan waktu sekitar 3 jam, akhirnya kami ber-enam sampai juga di Kampung
Ciptagelar. Selain saya, Nouf (istri)
dan Azzam ada Frino yang setia menemani saya selama menyetir kemarin malam, Atre
sang penulis lepas serta Udin sang kameramen
yang sebelum sampai di Kampung Ciptagelar, sempat singgah di salah satu rumah
penduduk untuk menyampaikan hasrat sakit perutnya yang tak tertahankan.
Semakin
sore beberapa tamu yang dari luar kota tampak mulai berdatangan. Diantara pengunjung tersebut ternyata ada
teman-teman kami yang juga datang dengan tujuan yang sama, yaitu menghadiri
upacara ritual Seren Taun yang ke 645 di tahun ini. Ritual adat ini merupakan ucapan terima kasih
atas panen padi yang melimpah.
“Kita nginap 3 hari ya, disini” ujar Azzam setelah beberapa
saat disana. Rupanya dalam waktu singkat
dia sudah dapat merasakan senang berada di Kampung ini. Ini adalah live-in Azzam yang pertama kali,
dan dia cukup merasa senang dan nyaman dengan suasananya.
Lalu
matanya tertuju pada kumpulan boneka wayang yang ada di area panggung. Sayapun mencoba menirukan beberapa macam
suara, ketika Azzam menanyakan beberapa dari tokoh wayang tersebut. Itu membuatnya tertawa senang dan tampak rasa
kagum di matanya.
Tak
lama kemudian, kami menuju rumah Kang Yoyo, tempat semula kami berencana untuk
menginap. Ternyata di rumah Kang Yoyo,
sudah banyak tamu dari rombongan lain yang akan menginap, kamipun disarankan
menginap di rumah Aki Dai, salah satu warga di Kampung Ciptagelar yang juga
kebetulan sebagai pemimpin rombongan pemain angklung. Kang Yoyo sendiri, saat
ini bisa disebut sebagai Humas dari Kasepuhan Ciptagelar.
Dengan
diantar oleh Kang Yoyo, kamipun berkenalan dengan keluarga Aki Dai sekaligus
mengutarakan niat untuk menumpang menginap di rumahnya selama beberapa
malam. Sambutan hangat dan ramah kami
dapatkan dari Aki Dai dan keluarga.
Setelah
ngobrol beberapa saat, kamipun menuju kediaman Abah Ugi (pempimpin Kasepuhan
Ciptagear) untuk memohon ijin datang dan mengikuti acara ritual Seren Taun ini.
Ada juga beberapa orang lainnya yang sudah ada disana dengan tujuan yang sama
dengan kami.
Dari
rumah Abah Ugi, kamipun kembali ke rumah Aki Dai. Obrolan yang terjadi dari
mulai yang serius hingga bercanda membuat suasana terasa semakin akrab, tak
terasa, waktupun bergulir dengan cepat. Nini (istri dari Aki Dai) mengeluarkan beberapa
kasur beserta selimut dan bantal untuk alas kami tidur. “Wah,
maaf nih, Ni sudah merepotkan” ujar Frino.
“Ah, gak apa-apa, kita juga minta
maaf cuma adanya begini”, balas Nini.
Sabtu
paginya, kami semua kembali ngobrol di dapur rumah Aki Dai, didepan tungku
masak sembari menikmati teh, kopi dan panganan kecil khas buatan lokal.
Tak
lama kemudian Azzam pergi ke rumah Kang Yoyo.
Sepertinya dia sudah “jatuh cinta”
pada tungku masak di rumah Kang Yoyo.
Benda bernama tungku yang pertama dilihatnya memang di rumah Kang Yoyo, ia
betah berlama-lama didepan tungku sambil ikut membakar leunca atau ikut menambah kayu bakarnya, sambil sesekali bertanya
dan ditanya oleh orang yang ada didekatnya.
Dalam waktu singkat dia pun berteman akrab dengan Benhur, anjing
kepunyaan Kang Yoyo.
Selama
disana, pun Azzam pun tak lepas dengan ikat kepalanya, yang diketahuinya
sebagai salah satu adat kebiasaan yang ada di Kampung itu, setelah ia bertanya.
Kunjungan
kali ini, merupakan tambahan pengalaman dan pengetahuan baru bagi Azzam. Selain belajar budaya yang dilihat dan
dipertanyakan olehnya, dia juga belajar bagaimana beradaptasi dengan
lingkungan, orang baru sekaligus menginap di rumah orang, kebiasaaan makan yang
piring nya harus selalu diletakkan di lantai (tidak diangkat). Disini dia juga belajar bagaimana mempelajari
dan menghargai budaya setempat.
Malam
harinya, beberapa pertunjukan yang ditampilkan di panggung yang berbeda.
Pertunjukan wayang, pementasan semacam drama dari penduduk dan anak-anak,
tarian ditampijlan di panggung yang menghadap Imah Gede. Sementara dipanggung lainnya ada pertunjukan dog-dog
lojor dan jipeng.
Hingga
pada akhirnya tibalah pada acara puncak upacara ritual Seren Taun yang ke 645
yang jatuh bertepatan pada hari Minggu tersebut. Ribuan pengunjung tumpah riuh di hari itu.
Hari
berangsur siang, dan upacara ritual yang dipimpin Abah Ugi pun usai sudah.
Sekitar
pukul 2 siang, diiringi cuaca yang agak mendung kamipun meninggalkan Kampung
Ciptagelar untuk kembali ke Jakarta.
Ingin rasanya suatu waktu nanti kembali kesini dengan waktu yang lebih
lama.
![]() |
Memainkan Wayang |
![]() |
Egrang |
![]() |
Bersama Aki Dai |
![]() |
Mendengarkan cerita dari sesepuh (Aki Dai) |
![]() |
Maen Bareng Benhur |
![]() |
Padi untuk acara ritual |
![]() |
Bersama Sang Pemimpin: Abah Ugi |
ahh ini diaa yah desa ciptagelar nya :)
ReplyDeletebang coba dijelasin kenapa tuh piringnya nggak boleh diangkat *nagih janji ceritanya berlanjut* ahahahah
search yourself. hahahaha
DeleteWhoaaaaa ... Azzam, lucky you. Aku mau juga dong diajak ke Ciptagelar.
ReplyDeleteIndeed, he's lucky :D. Ayok tinggal bilang aja kalo lagi di Indo :)
DeleteAsyik banget ya Mas pengalaman jalan-jalan ke kampung adat di Ciptagelar apalagi dengan membawa anak, kita bisa memperkenalkan dunia senia kebuadaay masyarkat setempat dengan anak-anak kita, dan semakin banyak konsep desa yang di jadikan desa wisata seperti ini di setiap kawasan Indonesia. Biar tambah semarak ya Kang. Indonesia memang kaya akan seni dan budaya tradisional. Terimakasih atas share liputannya kang.
ReplyDeleteSalam,
Makasih, mas udah mampir ke blog saya :)
DeleteIya mas, kami memang mencoba memperkenalkan tentang alam, budaya, kehidupan sekitar sejak dini ke anak kami. Tujuan nya 'memperkaya' dirinya yang semoga dan kami yakin bermanfaat. Dengan cara itu dia belajar tentang hidup dan kehidupan.
Salam,
Dede
Raja obat dari barat@facebook.com
DeleteWhat a great post, every trip is a thrill (or should that be ‘every thrill is a trip?”) Anyway, keep up the good work, ga pernah bosen bertamu ke blog ini, keren mas...
ReplyDeleteHahahaha..... Thanks mas atas supportnya dan gak bosan untuk ngunjungi :))
DeleteNiatnya, berbagi dan semoga bermanfaat
Ditunggu kembali kang kunjungannya ke ciptagelar..sekalian minta izin nih kang artikel kami "publish" ulang di official website ciptagelar (ciptagelar.org)..
ReplyDeleteIya, pengen balik lagi ke ciptagelar pastinya. Mohon informasinya kalau ada acara2 disana. Untuk artikel ini yg akan di publish ulang, silahkan saja, hanya mohon untuk penyebutan asal artikel nya.
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir di blog saya