Sunday, October 9, 2011

Mandalawangi dalam 17

Jembatan Kayu
Hutan


Bunga. Ungu

Hijau

Pemandangan dari atas air panas
Air Panas

Jum’at sekitar Jam 9 malam saya dan istri sampai di Cibodas sebagai salah satu pintu masuk untuk melakukan pendakian ke Gunung Gede-Pangrango.

Sebenarnya kami berdua sudah memutuskan untuk melakukan pedakian malam itu juga untuk mengejar beberapa teman yang sudah naik terlebih dahulu beberapa jam sebelumnya. Namun akhirnya kami mengurungkan niat karena mendengar cerita teman teman di Montana, petugas pengawas Taman Nasional Gede-Pangrango. ‘Wah, Macan-macan lagi pada turun gunung! Mereka cari air dan makanan sampe kebawah.  Hal seperti ini biasa terjadi pada saat musim kemarau berlangsung.  
Sekitar 2 miggu lalu beberapa teman-teman Motana juga ada yang sempat mendengar suara auman tak jauh dari pos mereka.
Hmmm….setelah mendegar ‘masukan’ dari teman-teman Montana tersebut, saya dan istri melakukan diskui kecil apakah kita akan memulai pendakian malam ini juga atau menuggu teman lainnya yang juga akan berniat untuk naik gunung.
Walaupun sudah melakukan pendakian ke gunug beberapa tahun di beberapa gunung, terus terang aja saya belum pernah ketemu yang namanya macan (paling paling cuma jejaknya aja).   Belum kebayang gimana kalau beneran ketemu Macan ! Alhasil kita memutuskan untuk menunggu teman yang dari Jakarta yang sedang dalam perjalanan menuju taman nasional Gede-Pangrango ini.
Hasil kontak-kontakan, Wening dan Bayu (Ketua Mapala UI BKP 2007) akan berangkat bareng dari Depok menuju Cibodas.  Oke, kita putuskan akan menunggu mereka tiba dan bisa memulai pendakian bareng.
Tunggu punya tunggu, kami berdua sampe ketiduran juga gak taunya 2 anak manusia itu baru muncul di Cibodas sekitar jam 7an pagi, Uedan ! 
Setelah sarapan pagi bareng bersama pemilik pondok, anak2 Montana, sekitar jam 8 pagi akhirnya kita mulai juga perjalanan menuju puncak Pangrango dan Lembah Mandalawangi dengan kondisi kurang tidur ! 
Target tempat! Waktu tidak dibatasi, pokoknya harus nyampe.... karena Bayu, sang Ketua Mapala dibutuhkan untuk acara ritual persiapan pelantikan di Lembah Mandalawangi.
Dan kami pun memulai pendakian itu diselingi istirahat yang cukup sering, meskipun kami sadar bahwa gunung Pangrango itu bukan gunung Gede, Pangrango itu lebih tinggi dari Gede. Perjalanan terasa panjang...... banget. Mountain sickness melanda, ngantuk dan malas banget bergerak! Rasanya gak pernah naik gunung semalas ini. 
Menjelang makan siang kita baru nyampe sedikit saja di atas air panas yang harus nya sudah lebih jauh keatas.  Sampe juga di Kandang Badak, sebagai pos pemisah antara gunung Pangrango dan gunung Gede, jam sudah di angka 5 ! Pada dasarnya semua juga sadar ini sudah lumayan lama.
Akhirnya kita berempat sepakat memutuskan untuk makan malam sekalian di Kandang Badak sebelum summit attact ke puncak Pangrango. Bayu Sembodo yang doyan masak, kali bawa ‘kulkas’ ke gunung, dia bawa udang mentah, daging 1 kilo, ayam 1 ekor, dll,dll. Idealnya, dia berniat masak tom yam, gule daging, dan ayam goreng di lembah Mandalawangi.. Malam itu kita memilih masak gulai daging. 
Asli, Enak banget, walau mulai dari persiapan masak sampai leyeh-leyeh setelah makan habis waktu sekitar 4 JAM!!!! Tapi kami juga sempat berbagi hasil masakan kami itu ke rombongan pendaki lain yang kebetulan nge-camp di Kandang Badak.
Pukul 9 malam kita mulai bertolak menuju puncak. Jangan ditanya dinginnya kayak apa. Tapi bayangan tidur di lembah Mandalawangi begitu menggoda dan tak tergantikan. Ternyata, perjalanan menjadi lebih sulit dari yang di duga, kondisi lelah karena malam sebelumnya kami ke Cibodas langsung dari pulang kantor dan malah Wening dan Bayu belum tidur dari malam sebelumnya membuat perjalanan begitu..... perlahan. Dikit dikit berhenti, cari napas, euy! 
Pengalaman adalah guru dari segala guru. Diantara dinginya malam, rasa kantuk yang hebat, kami sempat tersasar , masuk jalur babi hutan. Abis gelap banget and mata ngantuk banget! Tadinya sih niat agak mencari jalan agak memutar supaya gak terlalu mendaki yang curam.
Nyaris pukul 1 pagi, kita akhirnya nyampe juga di puncak Pangrango dan langsung turun ke Lembah Mandalawangi untuk buka tenda di sana. Kelihatan sudah berdiri beberapa tenda teman-teman disana, tapi ya udah sunyi banget pastinya, semua udah pada tidur. Dengan  tetap menahan dingin nya angina di Mandalawangi dan rasa kantuk yang makin menjadi, kita pun cepat cepat buka tenda dan langsung menyelesaikan tugas : Tidur !
Paginya matahari bagus banget. Terlihat teman-teman yang bercanda, ngopi, berfoto tapi ada juga sih yang malas bangun pagi-pagi, jadi saya foto foto sendiri. Padang Edelweiss terbentang didepan mata, Hmmm sebuah pemandangan yang tak tergantikan, terbayar sudah 17 jam mendaki, kedinginan, dan kelelahan. Subhanallah! Semoga saya selalu bisa kesini lagi, lagi, dan lagi! 


View dari Mandalawangi
Pulang...(foto by Anastasia)

2 comments:

  1. berpetualang sama istri, seru banget ya mas.. apalagi sama anaknya juga sekarang.. inspiratif! besok aku juga harus kayak gitu! hehehe :)

    ReplyDelete
  2. Hehehehehe....Iya, Kin. Thanks utk komen nya :) Insya Allah besok kamu bisa lah :) Aamiin

    ReplyDelete

Tips Memilih Jadwal Keberangkatan Saat Berlibur Bersama Balita

Pergi liburan bersama keluarga merupakan salah satu kegiatan yang pastinya menjadi wishlist di tiap tahunnya. Punya waktu yang bisa...