Purukambera,
Pantai Berpasir Putih Nan Lembut
Pantai berpasir putih lembut |
Sejauh
mata memandang tampak terlihat padang savana yang luas dan di beberapa bagian
akn terlihat lautan yang membentang.
Kuda-kuda liar yang sedang merumput mencari makan, membuat kami berhenti
beberapa kali dan turun dari mobil untuk mencoba mendekati mereka. Cukup jauh jarak yang harus kita batasi
dengan kuda-kuda itu, karena begitu kita sedikit mendekat, maka mereka akan
berlari menjauh.
Kuda liar |
Saya
dan Azzam akhirnya mengambil tempat di bak terbuka mobil. Cuaca Sumba yang lumayan terik, tak begitu
kami rasakan, terbayarkan oleh pemandangan sekitar, langit biru dan lukisan
awan putih menggumpal. Apalagi dengan
berada di bak terbuka, hempasan angin sangat membantu mendinginkan.
Seperti
itulah perjalanan kami menuju pantai purukambera di hari kedua di Sumba.
Deretan
pohon cemara seolah menyambut kedatangan kami di pantai purukambera. Ada satu rombongan keluarga yang sudah ada
terlebih dahulu disana. Tampaknya ada
yang sedang memasak makanan dan beberapa lainnya bermain di pantai. Kami membawa bekal untuk makan siang kami
disana, karena memang tidak ada warung atau rumah makan di sekutar sana.
Berpose :) |
Begitu
turun dari mobil, Azzam membuka baju nya, sudah tak sabar ingin bermain dan
menyeburkan diri di pantai yang pasirnya lembut dan berwarna putih ini.
Seolah
belum puas bermain di pantai purukambera, Azzam pun berujar “Yaaahhh…kok kita
udahan?” ketika saya mengajaknya untuk menyudahi tatkala dia masih asik bermain
pasir. “Kan tadi kita udah sepakat, gak
terlalu lama disini, karena kita masih akan ke pantai lainnya” ujar saya
mengingatkannya.
Dia
pun akhirnya setuju mehyudahi kegiatannya setelah minta tambahan waktu sekitar
10 menit.
Di
tengah jalan menuju pantai walakiri, kami sempat berhenti dan mendaki ke salah
satu bukit yang menurut mata kami cukup menarik untuk didaki.
Bukit di puru kambera |
Mangrove Menari
Di Walakiri
Sunset yang mendung |
Perjalanan
pun berlanjut. Pantai Walakiri menjadi
tujuan kami selanjutnya. Pantai ini
menjadi cukup terkenal di dunia sosial media, dengan mangrove sebagai ikon nya,
yang katanya bagaikan pohon menari.
Tak
berbeda dengan pantai purukambera, pasir di pantai ini pun berwarna putih. Ketika kami sampai disana, air sedang surut,
hingga tampak terbentang luas hamparan pasir putih yang menjorok beberapa puluh
meter menuju lautan.
Kondisi
di pantai walakiri saat itu cukup ramai oleh wisatawan lokal, dan beberapa dari
mancanegara.
Meskipun
sudah ramai dikunjungi orang, tak tampak ada warung atau penjaja
makanan/minuman di pantai ini.
Kami
melihat orang-orang yang berada di pantai menunjuk-nunjuk kebawah,
membungkukkan diri, berjalan seperti mengendap-endap, bahkan ada yang sambil duduk-duduk
di pasir. Ketika kami turun kesana,
ternyata bintang laut yang jumlahnya sangat banyak menjadi keunikan tersendiri
bagi orang-orang yang melihatnya. Karena
jumlahnya yang sangat banyak dan warnanya nyaris sama dengan pasir, maka
orang-orang harus berhati-hati melangkah, menghindari agar tak hewan laut yang
berbentuk seperti bintang itu tak terinjak.
Bintang laut |
Nah,
salah satu yang membuat orang-orang tertarik ke pantai ini adalah juga adalah
pohon mangrove yang seperti sedang menari tadi.
Belasan orang sudah tampak berada disekitar mangrove untuk
mengabadikannya lewat foto. Begitu yang
saya dengar.
Namun
ketika hari semakin sore, awan dilangit mendung dan disusul dengan hujan. Maka untuk mendapatkan foto mangrove dengan
latar belakang sunset (matahari terbenam) pun musnah yang mungkin membuat
beberapa orang kecewa karenanya.
Kami
pun berlari kecil menuju mobil untuk menghindari agar tak basah kuyup oleh
hujan dan memutuskan kembali ke prailiu.
Mengagumi bintang laut |
Kalau pantainya sedang surut bagus banget kelihatannya ya. Hamparan paris memutih terlihat di mana-mana. Itu bintang lautnya terjebak hahahahhah
ReplyDeleteiya bener. bagus banget penampakan pasirnya
Delete